Cari Blog Ini

Kamis, 31 Januari 2019

[J-MOVIE] Last Winter We Parted (Kyonen No Fuyu Kimi To Wakare) Review



Kyonen No Fuyu Kimi To Wakare adalah sebuah film dengan genre suspense / misteri arahan sutradara Tomoyuki Takimoto (Brain Man, Grasshopper), yang diangkat dari novel best seller yang berjudul sama, karya Fuminori Nakamura yang terbit tahun 2013.

Sinopsis :

            Seorang wanita cantik tuna netra (Kaho Tsuchimura) mati terbakar di sebuah studio foto milik fotografer ternama. Sang fotografer Yudai Kiharazaka (Takumi Saito) dicurigai sebagai pembunuh wanita tersebut, namun karena kurangnya bukti sehingga fotografer tersebut dilepaskan.


            Beberapa bulan kemudian seorang penulis lepas bernama Kyosuke Yakumo (Takanori Iwata) tertarik dengan kasus tersebut dan berniat untuk menjadikannya sebuah buku. Meski ia dan tunangannya (Mizuki Yamamoto) akan menikah tak menyurutkan niatnya untuk mengungkap kasus tersebut sebelum ia melangsungkan pernikahan.



            Yakumo mendatangi studio milik sang fotografer. Pada awalnya ia ditolak, namun  dengan bujuk rayunya akhirnya diterima bahkan diberi kunci gerbang rumahnya agar memudahkannya untuk melakukan wawancara.
  
            Melalui penyelidikan Yakumo diketahui bahwa Yudai memiliki masalalu yang kelam. Ayahnya mati terbunuh oleh yang diduga perampok. Pada saat itu Yudai dan kakak perempuannya masih kecil.


            Yakumo tenggelam dalam penyelidikannya mengungkap sosok sebenarnya Yudai. Ia berniat mengundurkan pelaksanaan pernikahannya sampai bukunya selesai, meski sang tunangan menolaknya. Setelah bertemu dengan Yudai tiba-tiba sang tunangan menghilang. Setelah seminggu sang tunangan berada di rumah Yudai, Yakumo mendapati studio milik Yudai terbakar. Bagaimanakah nasib tunangan Yakumo? Siapa sebenarnaya Yudai?

Review dan komentar :

            Film ini adalah film bergenre suspense / misteri yang sangat bagus dengan cerita yang sangat cerdas. Bagi penggemar film dengan genre seperti ini sangatlah sayang jika dilewatkan. Tidak mengherankan jika novelnya mendapat perdikat best seller. Di sini aku akan mencoba sebisa mungkin tidak memberi spoiler karena tentu akan mengurangi kenikmatan saat menontonnya. Meski sejujurnya ada banyak sekali teori di kepalaku saat menontonnya.

            Film digambarkan dengan nuansa kelam. Bagi yang sudah pernah menonton Grasshopper pasti sudah familiar dengan sinematografinya. Termasuk scoring-nya banyak diisi oleh musik instrumen dengan dominan suara biola sehingga cukup mendukung dengan nuansa tersebut.

Alurnya maju mundur, namun kurang disertai keterangan waktu sehingga cukup menyesatkan. Kurasa ini sebagai salah satu trik moviemaker-nya agar penonton sulit untuk menebak apa yang sebenarnya terjadi. Saat aku menonton untuk yang kedua kalinya aku sampai harus mengulang di beberapa part tertentu agar tahu peristiwa ini terjadinya kapan sehingga dapat menyimpulkan alur cerita yang sebenarnya.

            Sedikit mengulik tentang psikologi saat menampilkan masa lalu dari sang antagonis yang menjadi akar semua peristiwa ini terjadi. Mengingatku pada sebuah film jepang bertema psikologi sebelumnya “Confession (2010)”. Terutama pada bagian menuju konklusi, aku merasa cukup familiar. Karena pengalaman menonton Confession ini sehingga membuatku tak begitu terkejut dengan endingnya.  Aku ingat tentang salah satu novel karya Agatha Christie yang berjudul “Crooked House”, membuatku menyimpulkan siapa sebenarnya pembunuh sang ayah.

            Hal yang aku sesalkan adalah kenapa aku tidak bisa menebak endingnya. Meski beberapa hal aku sudah menduganya. Aku ingat saat DVDnya akan keluar aku menonton trailer khususnya. Di trailer itu memang mengungkap motif Yakumo yang sebenarnya menulis buku tentang kasus ini namun sayangnya justru mengaburkan analisisku mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi. Aku tetap merasa sangat kesal saat kematian Yuriko, meski aku telah memikirkan beberapa kemungkinan. Dan jujur reaksiku sama dengan dengan reaksi Yakumo saat mendengar kenyataan dari Akari.

            Yang cukup aku sukai saat pengungkapan masa lalu Yakumo, terasa sad and sweet. Didukung oleh lagu “Make You Feel My Love” yang menjadi latar belakang adegannya, sehingga membuatku emosional dan turut menitikkan air mata.  Dan kurasa liriknya juga sangat mewakili perasaan Yakumo pada  Akiko. Sampai sekarang pun kalau mendengarkan lagu ini pasti terbayang adegan di filmnya. Meski sinematografinya tetap bernuansa kelam, tidak dibedakan dengan adegan-adegan lainnya.


            Dari segi akting para pemainnya kurasa patut untuk dipuji. Terutama Saito Takumi dalam memerankan Yudai dengan sangat baik, terasa sekali aura psycho-nya. Jujur saja aku sampai agak takut menatap wajahnya di sini.


Untuk Takanori Iwata aku sangat menghargai usahanya dalam memerankan dua sosok Kyosuke, yakni masa lalu dan masa sekarang memiliki aura yang berbeda. Namun aku merasa Yakumo dari awal sudah mencurigakan ekspresinya, jika aku jadi Yudai akan menolak interviewnya. Tapi Yudai memang karakternya menginginkan pengakuan publik jadi aku memakluminya.



Untuk Kazuki Kitamura cukup pas dalam memainkan perannya. Tidak diragukan lagi dengan jam terbangnya sebagai aktor.

Kesimpulannya film ini sangat recomended dengan rating 4,5/5. Untukku yang merupakan penggemar misteri, aku sangat menyukainya. Namun setelah menonton film ini membuatku berfikir seorang anak dengan trauma psikis akankah tidak mempunyai masa depan moral yang baik??



NB :Semua foto berasal dari @fuyu_kimi twitter