Kyonen
No Fuyu Kimi To Wakare adalah sebuah film dengan genre suspense / misteri
arahan sutradara Tomoyuki Takimoto (Brain
Man, Grasshopper), yang diangkat dari novel best seller yang berjudul sama,
karya Fuminori Nakamura yang terbit tahun 2013.
Sinopsis :
Seorang wanita cantik tuna netra (Kaho Tsuchimura) mati
terbakar di sebuah studio foto milik fotografer ternama. Sang fotografer Yudai
Kiharazaka (Takumi Saito) dicurigai sebagai pembunuh wanita tersebut, namun karena
kurangnya bukti sehingga fotografer tersebut dilepaskan.
Beberapa bulan kemudian seorang penulis lepas bernama
Kyosuke Yakumo (Takanori Iwata) tertarik dengan kasus tersebut dan berniat
untuk menjadikannya sebuah buku. Meski ia dan tunangannya (Mizuki Yamamoto) akan
menikah tak menyurutkan niatnya untuk mengungkap kasus tersebut sebelum ia
melangsungkan pernikahan.
Yakumo mendatangi studio milik sang fotografer. Pada
awalnya ia ditolak, namun dengan bujuk
rayunya akhirnya diterima bahkan diberi kunci gerbang rumahnya agar
memudahkannya untuk melakukan wawancara.
Melalui penyelidikan Yakumo diketahui bahwa Yudai memiliki
masalalu yang kelam. Ayahnya mati terbunuh oleh yang diduga perampok. Pada saat
itu Yudai dan kakak perempuannya masih kecil.
Yakumo tenggelam dalam penyelidikannya mengungkap sosok
sebenarnya Yudai. Ia berniat mengundurkan pelaksanaan pernikahannya sampai
bukunya selesai, meski sang tunangan menolaknya. Setelah bertemu dengan Yudai
tiba-tiba sang tunangan menghilang. Setelah seminggu sang tunangan berada di
rumah Yudai, Yakumo mendapati studio milik Yudai terbakar. Bagaimanakah nasib
tunangan Yakumo? Siapa sebenarnaya Yudai?
Review dan komentar :
Film ini adalah film bergenre suspense / misteri yang sangat bagus dengan cerita yang sangat
cerdas. Bagi penggemar film dengan genre seperti ini sangatlah sayang jika
dilewatkan. Tidak mengherankan jika novelnya mendapat perdikat best seller. Di sini aku akan mencoba
sebisa mungkin tidak memberi spoiler
karena tentu akan mengurangi kenikmatan saat menontonnya. Meski sejujurnya ada
banyak sekali teori di kepalaku saat menontonnya.
Film digambarkan dengan nuansa kelam. Bagi yang sudah
pernah menonton Grasshopper pasti
sudah familiar dengan sinematografinya. Termasuk scoring-nya banyak diisi oleh musik instrumen dengan dominan suara
biola sehingga cukup mendukung dengan nuansa tersebut.
Alurnya
maju mundur, namun kurang disertai keterangan waktu sehingga cukup menyesatkan.
Kurasa ini sebagai salah satu trik moviemaker-nya
agar penonton sulit untuk menebak apa yang sebenarnya terjadi. Saat aku
menonton untuk yang kedua kalinya aku sampai harus mengulang di beberapa part
tertentu agar tahu peristiwa ini terjadinya kapan sehingga dapat menyimpulkan
alur cerita yang sebenarnya.
Sedikit mengulik tentang psikologi saat menampilkan masa
lalu dari sang antagonis yang menjadi akar semua peristiwa ini terjadi. Mengingatku
pada sebuah film jepang bertema psikologi sebelumnya “Confession (2010)”. Terutama pada bagian menuju konklusi, aku
merasa cukup familiar. Karena
pengalaman menonton Confession ini sehingga
membuatku tak begitu terkejut dengan endingnya.
Aku ingat tentang salah satu novel karya Agatha Christie yang berjudul “Crooked House”, membuatku menyimpulkan
siapa sebenarnya pembunuh sang ayah.
Hal yang aku sesalkan adalah kenapa aku tidak bisa
menebak endingnya. Meski beberapa hal aku sudah menduganya. Aku ingat saat
DVDnya akan keluar aku menonton trailer khususnya. Di trailer itu memang
mengungkap motif Yakumo yang sebenarnya menulis buku tentang kasus ini namun
sayangnya justru mengaburkan analisisku mengenai peristiwa yang sebenarnya
terjadi. Aku tetap merasa sangat kesal saat kematian Yuriko, meski aku telah
memikirkan beberapa kemungkinan. Dan jujur reaksiku sama dengan dengan reaksi
Yakumo saat mendengar kenyataan dari Akari.
Yang cukup aku sukai saat pengungkapan masa lalu Yakumo,
terasa sad and sweet. Didukung oleh lagu
“Make You Feel My Love” yang menjadi
latar belakang adegannya, sehingga membuatku emosional dan turut menitikkan air
mata. Dan kurasa liriknya juga sangat
mewakili perasaan Yakumo pada Akiko.
Sampai sekarang pun kalau mendengarkan lagu ini pasti terbayang adegan di
filmnya. Meski sinematografinya tetap bernuansa kelam, tidak dibedakan dengan
adegan-adegan lainnya.
Dari segi akting para pemainnya kurasa patut untuk
dipuji. Terutama Saito Takumi dalam memerankan Yudai dengan sangat baik, terasa
sekali aura psycho-nya. Jujur saja
aku sampai agak takut menatap wajahnya di sini.
Untuk
Takanori Iwata aku sangat menghargai usahanya dalam memerankan dua sosok
Kyosuke, yakni masa lalu dan masa sekarang memiliki aura yang berbeda. Namun
aku merasa Yakumo dari awal sudah mencurigakan ekspresinya, jika aku jadi Yudai
akan menolak interviewnya. Tapi Yudai memang karakternya menginginkan pengakuan
publik jadi aku memakluminya.
Untuk
Kazuki Kitamura cukup pas dalam memainkan perannya. Tidak diragukan lagi dengan
jam terbangnya sebagai aktor.
Kesimpulannya
film ini sangat recomended dengan rating
4,5/5. Untukku yang merupakan penggemar misteri, aku sangat menyukainya. Namun setelah
menonton film ini membuatku berfikir seorang anak dengan trauma psikis akankah
tidak mempunyai masa depan moral yang baik??
NB :Semua foto berasal
dari @fuyu_kimi twitter
Kazuki kitamura cmn lwt doang ya?
BalasHapusEnggak kok dia salah satu karakter penting
Hapus